Minggu, 23 Oktober 2016

Just In Time

Sejarah Just In Time
Just in Time dikembangkan oleh Toyota Motor Corporation tahun 1973. Tujuan utamanya adalah pengurangan biaya atau perbaikan produktivitas dengan menghilangkan berbagai pemborosan. Pengembangan yang sangat penting dalam perencanaan dan pengendalian operasional saat ini adalah JIT manufacturing yang kadang disebut sebagai”produk tanpa persedian”. JIT bukan hanya sekedar sebuah metode yang bertujuan untuk mengurangi persediaan. JIT juga memperhatikan keseluruhan system produksi sehingga komponen yang bebas dari cacat dapat disediakan untuk tingkat produksi selanjutnya tepat ketika mereka dibutuhkan – tidak terlambat dan tidak terlalu cepat.

Pengertian Just In Time
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen.

JIT mempunyai empat  aspek pokok sebagai berikut:
  1. Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat  dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.
  2. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak memungkinkan  unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
  3. Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan.
  4.  Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan
Tujuan utama yang ingin dicapai dari sistem JIT adalah:

1. Zero Defect (tidak ada barang yang rusak)
2. Zero Set-up Time (tidak ada waktu set-up)
3. Zero Lot Excesses (tidak ada kelebihan lot)
4. Zero Handling (tidak ada penanganan)
5. Zero Queues (tidak ada antrian)
6. Zero Breakdowns (tidak ada kerusakan mesin)
7. Zero Lead Time (tidak ada lead time)

Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan Just In Time,diantaranya adalah sebagai berikut :
  •  Aliran Material yang lancar – Sederhanakan pola aliran material. Untuk itu dibutuhkan pengaturan total pada lini produksi. Ini juga membutuhkan akses langsung dengan dan dari bagian penerimaan dan pengiriman. Tujuannya adalah untuk mendapatkan aliran material yang tidak terputus dari bagian penerimaan dan kemudian antar tiap tingkat produksi yang saling berhubungan secara langsung, samapi pada bagian pengiriman. Apapun yang menghalangi aliran yang merupakan target yang haru diselidiki dan dieliminasi.
  •  Pengurangan waktu set-up – Sesuai dengan JIT, terdapat beberapa bagian produksi diskret yang memilki waktu set-up mesin yang kadang-kadang membutuhkan waktu beberapa jam. Hal ini tidak dapat ditoleransi dalam sistem JIT. Pengurangan waktu setup yang dramatis telah dapat dicapai oleh berbagai perusahaan, kadang dari 4-7 jam menjadi 3-7 menit. Ini membuat ukuran batch dapat dikurangi menjadi jumlah yang sangta kecil, yang mengijinkan perusahaan menjadi sangat fleksibel dan responsif dalam menghadapi perubahan permintaan konsumen.
  • Pengurangan lead time vendor – Sebagai pengganti dari pengiriman yang sangat besar dari komponen-komponen yang harus dibeli setiap 2/3 bulan, dengan sistem JIT kita ingin menerima komponen tepat pada saat operasi produksi membutuhkan. Untuk itu perusahaan kadang-kadang harus membuat kontrak jangka panjang dengan vendor untuk mendapatkan kondisi seperti ini.
  • Komponen zero defect – Sistem JIT tidak dapat mentolelir komponen yang cacat, baik itu yang diproduksi maupun yang dibeli. Untuk komponen yang diproduksi, teknis kontrol statistik harus digunakan untuk menjamin bahwa semua proses sedang memproses komponen dalam toleransi setiap waktu. Untuk komponen yang dibeli, vendor diminta untuk menjamin bahwa semua produk yang mereka sediakan telah diproduksi dalam sistem produksi yang diawasi secara satistik. Perusahaan kan selalu memiliki program sertifikasi vendor untuk menjamin terlaksananya hal ini.
  • Kontrol lantai produksi yang disiplin – Dalam system pengawasan lantai produksi tradisional, penekanan diberikan pada utilitas mesin, waktu produksi yang panjang yang dapat mengurangi biaya set up dan juga pengurangan waktu pekerja. Untuk itu, order produksi dikeluarkan dengan memperhatikan faktorfaktor ini. Dalam JIT, perhitungan performansi tradisional ini sangat jauh dari keinginan untuk membentuk persediaan yang rendah dan menghilangkan halhal yang menghalangi operasi yang responsif. Hal ini membuat waktu awal pelepasan order yang tepat harus dilakukan setiap saat. Ini juga berarti, kadangkadang mesin dan operator mesin dapat saja menganggur. Banyak manajer produksi yang telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menjaga agar mesin dan tenaga kerja tetap sibuk, mendapat kesulitan membuat penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan agar berhasil menggunakan operasi JIT. Perusahaan yang telah berhasil mengimplementasikan filosofi JIT akan mendapatkan manfaat yang besar

  • Penerapan JIT dalm berbagai bidang fungsional perusahaan 

    a. Pembelian JIT

                Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau penggunaan.
    Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara:
    1.      Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
    2.      Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
    3.      Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
    4.      Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
    5.      Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.

                Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
    1.      Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
    2.      Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
    3.      Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
    4.      Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara individual
    5.      Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.

     

    b. Produksi JIT


                Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.
    Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
    1.      Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
    2.      Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu tunggu nol).
    3.      Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
    4.      Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.

                Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang:
    1.      Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
    2.      Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
    3.      Waktu perpindahan
    4.      Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
    5.      Ruangan pabrik
    6.      Biaya mutu
    7.      Pembelian bahan

                Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
    1.      Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan
    2.      Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak langsung
    3.      Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual
    4.      Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets” 



Study Kasus BABII

Studi Kasus BAB II
Sistem Informasi Manajemen (SIM)

1. Ringkaskanlah Situasi Persaingan Yang Sedang dihadapi U.S Steel !

Meskipun yang inovatif (baru) sistem informasi dan investasi yang signifikan dalam teknologi informasi, US Steel masih menghadapi kaku (keras) kompetisi. Beberapa isu yang dihadapi USS meliputi:
  1. Skala ekonomis
  2. memproduksi baja kelas tinggi
  3. Kerugian akibat resesi dan harga murah
  4. suatu industri yang menghasilkan lebih baja daripada dunia mengkonsumsi
  5. Salah satu masalah utama yang telah USS adalah lokasi
Seperti kasus menyebutkan, USS menghabiskan $ 240 untuk memproduksi satu ton baja, dan setengah dari biaya yang dikeluarkan untuk pembelian dan pengiriman bahan baku. Sebaliknya, salah satu pesaing utama, POSCO Korea Selatan, incurs $ 175 – $ 180 per ton, adalah terletak di pantai Pasifik, memiliki fasilitas yang sangat modern, dan menggunakan Internet untuk kegiatan perusahaan.

2. Bagaimana Sistem Informasi Berhubungan dengan cara U.S Steel Menjalankan Bisnisnya ?

Saat ini, USS berkelanjutan aliran sistem manufaktur adalah penting (kunci) komponen bisnisnya. Seperti disebutkan dalam kasus ini, USS mengelola seluruh rantai pasokan melalui satu sistem terpadu.
Aliran terus menerus agar memfasilitasi sistem manufaktur entri oleh pelanggan, otorisasi kredit, agar otomatis generasi, ketertiban pelacakan, konfigurasi produk, pemenuhan pesanan, pengiriman pesanan, dan permintaan peramalan.
Manajemen rantai suplai Sistim ini memungkinkan pelanggan untuk memasukkan perintah via Web, menetapkan batasan dan kemampuan produk. Setelah perintah dimasukkan dan disetujui kredit pelanggan, penawaran harga yang akurat dengan cepat dikirimkan kembali ke pelanggan.
Urutan sistem pelacakan memicu setiap langkah dalam proses pemesanan, ASNs, dan pengiriman.
Sistem konfigurasi produk bisnis yang kompleks menggunakan aturan dan prosedur untuk menentukan campuran yang tepat spesifikasi produk dan harga.

3. Apa Saja Faktor-faktor Teknologi, manajemen, dan organisasi yang bertanggung jawab atas kegagalan U.S Steel untuk berkompetisi dengan industri baja lainnya ?

Pada tahun 1996, USS menghadapi beberapa tantangan manajemen, Yaitu:
  1. Diperlukan untuk secara drastis meningkatkan sistem pemberitahuan,
  2. Menurunkan biaya produksi (biaya dari baja dan jumlah jam per orang),
  3. diperlukan untuk membuat keuntungan
  4. memusatkan pengelolaan berbagai usaha dan pabrik
  5. Akurat memonitor dan melacak pesanan
  6. Biaya inventori yang lebih rendah, dan mengurangi ukuran dari persediaan
  7. meningkatkan pangsa kelas yang lebih tinggi pasar baja,
  8. Pertukaran informasi antara tanaman, prosesor, pelanggan (seperti Ford), dan USS manajemen yang tidak fleksibel, error rawan, dan rumit.
Faktor teknologi meliputi:
  1. Teknologi tidak kompatibel
  2. Untuk mengambil metode manual
  3. sistem dial up
  4. pelacakan yang berbeda dan sistem memesan untuk setiap prosesor
  5. berbeda kode inventaris
  6. perlunya untuk menerjemahkan pengolahan data ke USS sistem sendiri, dan keterlambatan dan pengiriman pemberitahuan pengiriman maju (ASNs)
4. Jelaskan bagaimana U.S Steel merespons persainganditingkat global dan Amerika !

USS telah pergi dari memiliki catatan kinerja yang buruk untuk menjadi pelopor dalam industri. Setelah Ford mengancam akan menjatuhkan USS sebagai salah satu pemasoknya, USS sepenuhnya direkayasa ulang manajemen rantai pasokan. Aliran terus menerus baru sistem manufaktur sekarang mengelola rantai persediaan USS melalui satu sistem terpadu. penggunaan informasi Technolog yang baru memungkinkan perusahaan untuk menjadi sangat efisien.
Namun, faktor-faktor lain, seperti biaya tenaga kerja, biaya produksi, menjadi kelas yang lebih tinggi produsen baja, lokasi, dan skala ekonomi hanyalah beberapa alasan mengapa perusahaan masih mengalami kesulitan bersaing di pasar global. Untuk membantu meringankan (meningkatkan), beberapa dari masalah, USS ingin menggabungkan dengan Betlehem Steel, Steel Nasional, dan mungkin Weirton Steel. Namun, perusahaan-perusahaan ini tampaknya ditentang untuk merger.
Selain itu, untuk tetap kompetitif dan untuk menghasilkan pendapatan tambahan, USS menggunakan anak perusahaannya, UEC Technologies, untuk menjual teknologi dan layanan.

5. Evaluasilah keputusan yang diambil oleh USS yaitu menjual perangkat lunaknya kepada perusahaan lain. Apakah ini membantu atau malah merintangi USS? Jelaskan jawaban Anda !

USS penjualan teknologi informasi dan perangkat lunak pada perusahaan lain adalah sumber tambahan pendapatan bagi perusahaan. Dengan mata ke kompetisi, USS menjual sistem yang satu generasi di belakang teknologi yang digunakannya.
Karena perusahaan menghadapi persaingan , perlu untuk menghasilkan pendapatan dan keuntungan untuk perusahaan. Sejak USS menjual perangkat lunak yang merupakan satu generasi di belakang, itu masih bisa mempertahankan keunggulan kompetitif dengan perkembangan inovasi perangkat lunak baru. Sejak beberapa perusahaan kecil sekarang menggunakan Straightline Sumber, USS telah terpikat ini perusahaan yang jauh dari pusat-pusat pelayanan. Karena perusahaan akan membuat investasi besar dalam perangkat lunak dan teknologi terkait, perusahaan itu mungkin akan memberikan pertimbangan karena sebelum beralih ke teknologi baru. Oleh karena itu, USS dapat “lock-in” para pelanggannya dengan perangkat lunak.



Rabu, 19 Oktober 2016

Study Kasus BABI


Study Kasus BAB I 

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)


  1. Sejauh mana peran system informasi yang diterapkan oleh ShopKo dan Pamida untuk menjalankan bisnis mereka? Seberapa pentingkah peran system informasi tersebut?
JAWAB :
ShopKo menjual pakaian dengan empat siklus produk dalam setahun, satu produk untuk setiap musim. Ketika ShopKo menghadapi kompetisi serius dengan perusahaan seperti Gap yang dalam operasinya memiliki siklus produk yang lebih sering yaitu 2 sampai 3 minggu selalu ada produk baru. Pada tiap akhir musim (siklus) ShopKo selalu menghadapi dua masalah yaitu : pertama mengosongkan gudangnya untuk diisi dengan produk baru, kedua menjual barang-barang kelebihan di gudang dengan meminimalkan kerugian. Strategi yang dilakukan ShopKo adalah menurunkan harga, strategi ini ternyata memakan biaya tinggi sejalan dengan bertambahnya siklus per tahun. Kemudian ShopKo melakukan perubahan system informasinya untuk membantu mengoptimalkan perusahaan dalam melakukan penurunan harga sehingga masih memperoleh keuntungan. ShopKo menerapkan Markdown Optimizer dari Spotlight Solutions.
Pamida perusahaan yang juga dibeli oleh ShopKo memiliki strategi mempertahankan tingginya persediaan barang ketimbang berlomba menurunkan harga, tujuan strategi Pamida adalah memberikan pelanggan barang-barang yang selalu tersedia seperti yang diiklankan. Walaupun telah menerapkan strategi tersebut Pamida tetap kekurangan item produk bahkan banayak produk favorit tersimpan di gudang padahal di rak-rak took produk tersebut kosong. Solusi Pamida adalah merampingkan 5 gudang menjadi 3 gudang dan membuat manajemen inventori menjadi modern. Tetapi perangkat lunak inventori untuk gudang tersebut tidak diganti/diperbaharui, sehingga menimbulkan bottleneck yang serius di gudang-gudang Pamida yang mengakibatkan pendapatan menurun.
Jadi jelaslah bahwa memperbaharui system informasi sangatlah penting untuk meningkatkan daya saing perusahaan dan meningkatkan pendapatan.

  1. Sejauh mana pentingnya proyek pusat distribusi Pamida baik bagi Pamida maupun ShopKo? Apa saja factor-faktor manajemen, organisasi dan teknologi yang menghalangi pusat distribusi Pamida sehingga tidak bekerja secara maksimal?
JAWAB :
Proyek pusat distribusi Pamida sangat penting bagi Pamida maupun juga ShopKo, karena proyek pusat distribusi ini memungkinkan pendistribusian barang terawasi dengan lebih baik dan teratur. Dengan menutup gudang-gudang kecil Pamida pusat distribusi ini mempunyai konsep mentransformasi gudang dari pusat distribusi berciri fasilitas mengalir ( barang-barang datang di gudang dan segera dikirimkan ke toko-toko ) menjadi berciri distribusi layanan penuh atau full service ( barang-barang datang disimpan dulu baru dikirimkan ke toko-toko jika diperlukan )
Faktor-faktor yang menghalangi pusat distribusi sehingga tidak bisa bekerja secara maksimal adalah :
    1. manajemen : manajemen tidak mengungkapkan masalah-masalah serius dari pusat distribusi, sumber daya yang menipis, tidak memiliki dana, pengunduran diri CEO Pamida Steve Fishman dan CEO ShopKo William Podany
    2. organisasi : peleburan PM Place dengan Pamida
    3. teknologi : system informasi yang digunakan Pamida yang sudah ketinggalan jaman atau kadaluwarsa

  1. Apakah ShopKo dan Pamida menggunakan system informasi secara efektif? Mengapa? Seberapa besar nilai yang diberikan oleh system tersebut bagi bisnis mereka?
JAWAB :
ShopKo menggunakan system informasi yang diperbaharui Markdown Optimizer dari Spotlight Solutions, yaitu system penurunan harga teroptimasi sehingga produk akan terjual baik dan memperoleh keuntungan banyak pada setiap toko. Perangkat lunak ini memampukan perusahaan untuk menentukan harga produk sesuai musimnya, sifat geografis setempat, sifat kesukaan pembeli setempat, dan tuntutan pada masa lalu, dengan cara menganalisa data penjualan dan data histories penetapan harga. Perangkat lunak ini membantu dalam menjual barang-barang sisa sehingga tersedia tempat di gudang untuk barang-barang baru untuk siklus selanjutnya.
Pamida meskipun menggunakan strategi mempertahankan tingginya stock barang yang bertujuan memberikan pelayanan kepada pelanggan jika ada permintaan maka tersedia barang yang diminta. Akan tetapi Pamida tidak melakukan pembaharuan system informasinya yang seperti dikatakan oleh CEO Pamida, Dan Nicklen bahwa system informasi yang dipakai Pamida tidak fleksibel lagi untuk menjalankan proses produksi.
Nilai yang diperoleh ShopKo dengan menerapkan system informasi yang baru adalah kenaikan 25% dari penjualan barang sisa pada tahun sebelumnya, pengeluaran gaji karyawan menurun 24%, persentase barang-barang belum terjual pada akhir siklus telah turun dari 7% menjadi 2%. Salah satu direktur ShopKo, Paul Burrows menyatakan kenaikan 15% berarti keuntungan bersih US$ 15 juta.
Sedangkan Pamida 9 bulan pertama menyebabkan ShopKo kehilangan US$ 6,7 juta total pendapatan.

  1. Jika anda menjadi CEO dalam posisi seperti ShopKo, bagaimana anda mengatasi masalah itu? Seandainya anda menjadi CEO dalam posisi Pamida sewaktu dibeli oleh ShopKo, apakah anda bisa mengenali masalah itu? Bagaimana cara anda memecahkan masalah tersebut?
JAWAB :
Dalam persaingan perusahaan yang makin kompetitif yang harus dilakukan adalah mempertahankan kualitas produk, empat siklus produk dalam setahun sudah tepat, pembentukan pusat distribusi, memasang iklan pada media, menggunakan system informasi yang selalu diperbaharui supaya tidak ketinggalan jaman atau kadaluwarsa, dengan system informasi yang tepat diharapkan dapat menganalisis kebutuhan pelanggan berdasarkan sifat geografis dan kultur setempat misalnya.
Jika pada Pamida pembentukan pusat strategi diperlukan untuk mengurangi jumlah gudang, gudang-gudang kecil ditiadakan diganti gudang sebagai pusat distribusi sehingga memudahkan pendistribusian dan mengurangi biaya, tujuan strategi Pamida menyediakan barang jika pelanggan memerlukan adalah baik sekali, akan tetapi harus disertai dengan perubahan system informasi yang tepat supaya tidak ketinggalan jaman.

  1. Tantangan-tantangan manajemen apa saja yang dilustrasikan pada studi kasus ini? Jelaskan jawaban anda!
JAWAB :
Tantangan manajemen pada ilustrasi studi kasus ShopKo dan Pamida adalah peranan sistem informasi manajemen dalam mendukung bisnis. Pada kasus ShopKo pihak manajemen sangat mengerti bahwa melalui investasi perangkat lunak system informasi akan dapat mengatasi masalah bisnis yang sedang mereka hadapi. Pada kasus Pamida pembentukan pusat distribusi yang tidak diikuti pembaharuan system informasi mengakibatkan kegagalan distribusi yang juga mengakibatkan kegagalan pendapatan.

E-Commerce

E-Commerce

Pengertian E-Commerce
E-Commerce adalah suatu proses membeli dan menjual produk-produk secara elektronik oleh konsumen dan dari perusahaan ke perusahaan dengan computer sebagai perantara transaksi bisnis.
E-Commerce atau yang biasa disebut juga dengan istilah Ecom atau Emmerce atau EC merupakan pertukaran bisnis yang rutin dengan menggunakan transmisi Electronic Data Interchange (EDI), email, electronic bulletin boards, mesin faksimili, dan Electronic Funds Transfer yang berkenaan dengan transaksi-transaksi belanja di Internet shopping,
Stock online dan surat 
obligasi, download dan penjualan software, dokumen, grafik, musik, dan lain-lainnya, serta transaksi Business to Business (B2B). (Wahana Komputer Semarang 2002).

Jenis-jenis E-Commerce

Kegiatan E-Commerce mencakup banyak hal, untuk membedakannya E-Commerce dibedakan menjadi 2 berdasarkan karakteristiknya:

1. Business to Business, karakteristiknya:
  • Trading partners yang sudah saling mengetahui dan antara mereka sudah terjalin hubungan yang berlangsung cukup lama.
  • Pertukaran data dilakukan secara berulang-ulang dan berkala dengan format data yang telah disepakati bersama.
  • Salah satu pelaku tidak harus menunggu rekan mereka lainnya untuk mengirimkan data.
  • Model yang umum digunakan adalah peer to peer, di mana processing intelligence dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis.

2. Business to Consumer, karakteristiknya:

  • Terbuka untuk umum, di mana informasi disebarkan secra umum pula.
  • Servis yang digunakan juga bersifat umum, sehingga dapat digunakan oleh orang banyak.
  • Servis yang digunakan berdasarkan permintaan.
  • Sering dilakukan sistim pendekatan client-server. (Onno W. Purbo & Aang Arif. W; Mengenal E-Commerce, hal 4-5)

Tujuan Menggunakan E-Commerce dalam Dunia Bisnis

Tujuan suatu perusahaan menggunakan sistim E-Commerce adalah dengan menggunakan E-Commerce maka perusahaan dapat lebih efisien dan efektif dalam meningkatkan keuntungannya.

Mantaat Menggunakan E-Commerce dalam Dunia Bisnis

Manfaat dalam menggunakan E-Commerce dalam suatu perusahaan sebagai sistem transaksi adalah:

a. 
Dapat meningkatkan market exposure (pangsa pasar).
Transaksi on-line yang membuat semua orang di seluruh dunia dapat memesan dan membeli produk yang dijual hanya dengan melalui media computer dan tidak terbatas jarak dan waktu.

b. Menurunkan biaya operasional (operating cost).
Transaksi E-Commerce adalah transaksi yang sebagian besar operasionalnya diprogram di dalam komputer sehingga biaya-biaya seperti showroom, beban gaji yang berlebihan, dan lain-lain tidak perlu terjadi

c. Melebarkan jangkauan (global reach).
Transaksi on-line yang dapat diakses oleh semua orang di dunia tidak terbatas tempat dan waktu karena semua orang dapat mengaksesnya hanya dengan menggunakan media perantara komputer.

d. Meningkatkan customer loyalty.
Ini disebabkan karena sistem transaksi E-Commerce menyediakan informasi secara lengkap dan informasi tersebut dapat diakses setiap waktu selain itu dalam hal pembelian juga dapat dilakukan setiap waktu bahkan konsumen dapat memilih sendiri produk yang dia inginkan.

e. Meningkatkan supply management.
Transaksi E-Commerce menyebabkan pengefisienan biaya operasional pada perusahaan terutama pada jumlah karyawan dan jumlah stok barang yang tersedia sehingga untuk lebih menyempurnakan pengefisienan biaya tersebut maka sistem supply management yang baik harus ditingkatkan.

f. Memperpendek waktu produksi.
Pada suatu perusahaan yang terdiri dari berbagai divisi atau sebuah distributor di mana dalam pemesanan bahan baku atau produk yang akan dijual apabila kehabisan barang dapat memesannya setiap waktu karena on-line serta akan lebih cepat dan teratur karena semuanya secara langsung terprogram dalam komputer.

Pernyataan-pernyataan Onno W. Purbo di atas juga didukung oleh permyataan Laura Mannisto (International Telecommunication Union, Asia and the Future of the World Economic System, 18 March 1999, London), yaitu:

a. Ketersediaan informasi yang lebih banyak dan mudah diakses Ketersediaan informasi produksi dan harga dapat diakses oleh pembeli, penjual, produsen dan distributor.

b. Globalisasi Produksi, distribusi dan layanan konsumen : jarak dan waktu relatif lebih pendek, sehingga perusahaan dapat berhubungan dengan rekan bisnis di lain negara dan melayani konsumen lebih cepat. Produsen dapat memilih tempat untuk memproduksi dan melayani konsumen tidak tergantung dimana konsumen itu berada. Perusahaan yang berada di negara berpendapatan rendah dapat mengakses informasi dan membuat kontak bisnis tanpa harus mengeluarkan biaya tinggi.

c. Mengurangi biaya transaksi dengan adanya system order, pembayaran dan logistik secara online dan otomatis.

Ancaman Menggunakan E-Commerce (Threats)

Threats merupakan kemungkinan-kemungkinan munculnya kejadian yang dapat membahayakan asset-aset yang berharga.
Ada beberapa bentuk ancaman yang mungkin terjadi:

• System Penetration
Orang-orang yang tidak berhak melakukan akses ke system computer dapat dan diperbolehkan melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya.

• Authorization Violation
Pelanggaran atau penyalahgunaan wewenang legal yang dimiliki seseorang yang berhak mengakses sebuah sistim.

• Planting
Memasukan sesuatu ke dalam sebuah system yang dianggap legal tetapi belum tentu legal di masa yang akan datang.

• Communications Monitoring
Seseorang dapat mernantau semua infonnasi rahasia dengan melakukan monitoring komunikasi sederhana di sebuah tempat pada jaringan komunikasi.

• Communications Tampering
Segala hal yang membahayakan kerahasiaan informasi seseorang tanpa melakukan penetrasi, seperti mengubah infonnasi transaksi di tengah jalan atau membuat sistim server palsu yang dapat menipu banyak orang untuk memberikan infonnasi rahasia mereka secara sukarela.

• Denial of service
Menghalangi seseorang dalam mengakses informasi, sumber, dan fasilitas-fasilitas lainnya.

• Repudiation
Penolakan terhadap sebuah aktivitas transaksi atau sebuah komunikasi baik secara sengaja maupun tidak disengaja.

Selasa, 18 Oktober 2016

Sistem Informasi Manajemen

Pengertian Sistem Informasi Manajemen

Manajemen sendiri mencakup proses perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, pengarahan, dan lain-lain, dalam suatu organisasi. Sedangkan, informasi dalam satu organisasi adalah data yang diolah sedemikian rupa sehingga memiliki nilai dan arti bagi organisasi.

Dengan ini, dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Manajemen(SIM) merupakan sistem yang mengolah serta mengorganisasikan data dan informasi yang berguna untuk mendukung pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi.

Perkembangan Sistem Informasi Manajemen
Pada awal perkembangan komputerisasi informasi, komputer belum mempunyai program yang berjalan secara otomatis, melainkan hanya menjalankan komando yang dimasukkan secara manual ke dalam komputer. Setelah tahun 2000’an, sistem informasi manajemen mulai berkembang sebagai satu sistem yang terintegrasi pada berbagai induk perusahaan dan cabang-cabangnya.

Sistem tersebut kemudian dibentuk dalam sistem informasi berbasis komputer (Computer Based Information System). Hingga kini, sistem informasi berjalan secara terintegrasi dan berjalan secara otomatis.

SIM sendiri mempunyai elemen-elemen fisik yang dibutuhkan untuk kelancaran sistem yang digunakan, yaitu perangkat keras komputer, perangkat lunak, yaitu perangkat lunak sistem umum, perangkat lunak terapan umum, serta program aplikasi.

Selanjutnya, dalam SIM terdapat database dan prosedur pelaksanaan sistem manajemen perusahaan dan tentunya, petugas yang mengoperasikan semua sistem tersebut.

Fungsi Sistem Informasi Manajemen
Fungsi utama diterapkannya sistem infomasi manajemen dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut:
  1. Mempermudah pihak manajemen untuk melakukan perencanaan, pengawasan, pengarahan dan pendelegasian kerja kepada semua departemen yang memiliki hubungan komando atau koordinasi dengannya.
  2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas data yang tersaji akurat dan tepat waktu.
  3. Meningkatkan produktifitas dan penghematan biaya dalam suatu organisasi.
  4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia karena unit sistem kerja yang terkoordinir dan sistematis.

Contoh Sistem Informasi Manajemen
Beberapa contoh kongkrit penerapan sistem informasi manajemen adalah sebagai berikut:

1. Enterprise Resource Planning (ERP)
Sistem ERP ini biasanya digunakan oleh sejumlah perusahaan besar dalam mengelola manajemen dan melakukan pengawasan yang saling terintegrasi terhadap unit bidang kerja Keuangan, Accounting, Sumber Daya Manusia, Pemasaran, Operasional, dan Pengelolaan Persediaan.  

2. Supply Chain Management (SCM)
Sistem SCM ini sangaat bermanfaat bagi pihak manajemen dimana data data yang disajikan terintegrasi mengenai manajemen suplai bahan baku, mulai dari pemasok, produsen, pengecer hingga konsumen akhir.

3. Transaction Processing System (TPS)
TPS ini berguna untuk proses data dalam jumlah yang besar dengan transaksi bisnis yang rutin. Program ini biasa diaplikasikan untuk manajemen gaji dan inventaris. Contohnya adalah aplikasi yang digunakan untuk Bantuan Keuangan Desa Pemprov Jawa Timur.

4. Office Automation System (OAS)
Sistem aplikasi ini berguna untuk melancarkan komunikasi antar departemen dalam suatu perusahaan dengan cara mengintegrasikan server-server komputer pada setiap user di perusahaan. Contohnya adalah email.

5. Knowledge Work System (KWS)
Sistem informasi KWS ini mengintegrasikan satu pengetahuan baru ke dalam organisasi. Dengan ini, diharapkan para tenaga ahli dapat menerapkannya dalam pekerjaan mereka.

6. Informatic Management System (IMS)
IMS berfungsi untuk mendukung spektrum tugas-tugas dalam organisasi, yang juga dapat digunakan untuk membantu menganalisa pembuatan keputusan. Sistem ini juga dapat menyatukan beberapa fungsi informasi dengan program komputerisasi, seperti e-procurement.

7. Decision Support System (DSS)
Sistem ini membantu para manajer dalam mengambil keputusan dengan cara mengamati lingkungan dalam perusahaan. Contohnya, Link Elektronik di sekolah Tunas Bangsa, yang mengamati jumlah pendapatan atau pendaftaran siswa baru setiap tahun.

8. Expert System (ES) dan Artificial Intelligent (A.I.)
Sistem ini pada dasarnya menggunakan kecerdasan buatan untuk menganalisa pemecahan masalah dengan menggunakan pengetahuan tenaga ahli yang telah diprogram ke dalamnya. Contohnya, sistem jadwal mekanik.

9. Group Decision Support System (GDSS) dan Computer-Support Collaborative Work System (CSCWS)
Serupa dengan DSS, tetapi GDSS mencari solusi lewat pengumpulan pengetahuan dalam satu kelompok, bukan per individu. Biasanya berbentuk kuesioner, konsultasi, dan skenario. Contohnya adalah e-government.

10. Executive Support System (ESS)
Sistem ini membantu manajer dalam berinteraksi dengan lingkungan perusahaan dengan berpegang pada grafik dan pendukung komunikasi lainnya.